Sepakbola adalah ilmu data. Dengan data science, sebuah tim akan mudah diarahkan untuk berkembang dan berprestasi. Data yang akurat melalu bantuan tekhnologi akan bisa memastikan beberapa indikator penting seperti perekrutan pemain, strategi tim dan perencanaan pemain, performa tim dan pemain, manajemen cedera dan analisa tendangan adu penalti yang sangat membantu respons kiper. Hadirnya data science juga menihilkan peran pencari bakat dan para ahli nujum.
Di era ketika sepakbola telah bertransformasi menjadi olahraga yang berbasis science dan menomorsatukan kolektifitas serta keseimbangan permainan tim, peran para gelandang ternyata tetap dominan. Serqio Busquets, gelandang internasional Spanyol yang telah memenangkan banyak gelar mengatakan ; jika kami kehilangan bola maka malapetaka akan menimpa tim.
Malapetaka disini bermakna ganda. Tim akan terus tertekan dan kebobolan gol atau gagal membangun serangan untuk memastikan kemenangan. Siapa yang memenangkan lini tengah – area paling vital dalam permainan sepakbola – akan mendominasi permainan dan berpeluang untuk menang
Karena itu, laga antara Poram Mareku melawan BWS FC sore ini dalam semifinal GOT ke XXVI menurut saya akan berlangsung sengit. Kedua tim memiliki komposisi pemain yang merata dan ideal di semua lini. Perebutan lini tengah akan jadi fokus. Duel-duel berkelas akan terjadi disana. Mengapa demikian?.
Mari lihat kekuatan kedua tim. Poram Mareku sejak awal turnamen selalu konsisten bermain dengan skema 4-3-3. Posisi kiper aman digenggam Ismail Taher. Empat pemain bertahan dengan posisi sejajar di huni Julkifli Ibrahim, Mardani Majid, Ian Santos dan Iswandi Andar. Mereka tak tergantikan selama turnamen kecuali absen karena cedera. Catatan impresif khusus saya tuliskan untuk Julkifli Ibrahim, defender yang sudah bikin satu gol saat Poram bermain imbang dengan Barito Morotai di babak penyisihan grup F.
Untuk urusan mencetak gol di depan, Poram selalu memainkan tiga penyerang. Dua sayap cepat di kiri dan kanan jadi milik Sirhan dan Saldy Ahmad. Saldy sudah bikin dua gol saat timnya menang atas Cordoba dan Rumania. Hanya Sirhan yang masih nirgol. Juliardi Jufri sebagai bomber utama juga sudah bikin satu gol saat mereka menang atas Rumania. Penyerang pengganti Sunawan Rusni yang bermain di Persis Solo juga sudah bikin gol. Artinya lini serang Poram berbahaya dan opsi gol bisa datang dari semua pemain.
Di lini tengah – lini paling menarik yang dimiliki Poram – El Capitano Ichlasul Qadri jadi leader bersama Firman Djafar dan Aprianto Nurdin. Setelah Apri cedera, Choach Sahjuan Doa memainkan fullback kanan Iswandi Andar di posisi gelandang bertahan. Sore nanti, dalam laga penentuan dan menghitung potensi serangan BWS yang juga berbahaya, saya menduga Iswandi akan kembali bermain di posisi aslinya. Chairik Arabensia sangat mungkin dimainkan Choach Sahjuan untuk melengkapi trio lini tengahnya.
Di lini ini, siapapun pelatih tim lawan rasanya wajib menghitung agresifitas gelandang serang Firman Djafar. Anak muda ini terus berkembang dan kian pintar memanfaatkan peluang. Ia sudah bikin tiga gol. Catatan yang sangat impresif karena posisinya di lini tengah. Free kicknya akurat dan mematikan.
Kombinasinya bersama Ichlasul menurut saya jadi duet terbaik selama turnamen. Yang belum terlihat adalah gol dari sang Kapten yang musim ini akan merumput bersama tim Liga 2 Malut United FC. Padahal As punya cannon ball dari jarak jauh yang juga akurat dan mematikan. Ia juga suka muncul dari second line dan mengkreasi gol.
Perang di lini tengah dipastikan berlangsung seru karena BWS Maluku Utara punya barisan gelandang yang mumpuni. Sejauh yang saya amati, Choach Chanda selalu memainkan skema 3-4-3-1 – modifikasi dari skema 4-4-2 diamond yang cerdas karena adaptif saat menyerang dan bertahan. Di lini tengah, empat pemain kunci selalu jadi milik Kapten Zamroni, Boateng Prince, Maskur Idris dan Abdu Lestaluhu.
Zamroni dan Abdu punya jam terbang tinggi di liga level atas. Kombinasi keduanya terbilang apik. Serangan BWS selalu bermula dari mereka. Sedangkan Maskur yang saya kenal sejak Pra PON Jawa Barat adalah gelandang angkut air yang selalu bermain keras memutus alur serangan lawan. Ia salah satu gelandang bertahan terbaik yang pernah saya kenal.
Ada satu pemain yang kudu diwaspadai Poram. Namanya Boateng Prince. Ia gelandang pekerja yang diberi kebebasan bermain oleh Choach Chandra. Perannya sangat vital. Saat BWS tertekan, Ia turun membantu pertahanan. Tapi saat build up serangan dimulai, Boateng naik cepat dan memasuki karena enam belas meter. Kemunculannya dari lini kedua mengejutkan. Akurasi tendangan kerasnya sangat terarah. Feeling golnya juga baik. Ia sebagaimana Firman di kubu Poram juga sudah bikin tiga gol saat BWS mengalahkan Rumania, Ridho Pratama dan Ome Putera.
Di lini pertahanan, dua kiper Zainudin dan Zulkifli kadang tampil bergantian. Gawang BWS dilindungi oleh trio center bek yang rutin tampil. Ada Andri Ibo yang punya pengalaman nasional, legiun asing Zana Saluf Diarra dan bek muda potensial M. Jenar Hamdain. Komposisi ini kadang berubah jadi empat bek sejajar jika Choach Chandra memainkan Adhi Hamisi.
Meski begitu, lini pertahanan BWS belum sepenuhnya solid. Tujuh gol yang bersarang ke gawang mereka bukan statistik yang bagus untuk sebuah turnamen. Choach Chandra pasti sudah memikirkan strategi untuk memperbaiki situasi ini mengingat Poram punya lini serang yang sudah bikin delapan gol selama GOT tahun ini.
Poram juga meski waspada karena BWS punya produktifitas gol yang sangat tinggi dengan dua belas gol selama turnamen. Ini capaian gol tertinggi dari semua tim yang ikut GOT 2023. Pencetak gol utama mereka ada pada sosok Silvio Escobar Benitez. Bomber kalahiran Paraguay ini sudah bikin enam gol. Ia berpeluang menjadi top skor turnamen. Keunggulan Silvio ada pada penempatan posisi dan penyelesaian akhir yang berkelas dan terarah terutama tandukan kepalanya.
Selain Silvio dan Boateng, gol BWS juga ikut disumbang oleh Hajrin Salasa – sayap cepat yang bermain reguler bersama Ajuan A. Rahman di lini depan BWS. Choach Chandra juga masih punya super sub yang sudah bikin satu gol pada diri Saharudin Irwan.
Dengan statistik dan komposisi pemain kedua tim, sekali lagi pertandingan semifinal sore ini menurut saya akan berlangsung dalam tempo tinggi. Kedua tim akan bermain terbuka dan saling jual beli serangan. Siapa yang memenangkan perang di lini tengah sangat mungkin akan keluar sebagai pemenang.
Selain open play, gol penentu bisa jadi lahir dari bola mati. Entah corner kick atau set up tendangan bebas. BWS dan Poram punya pemain berkelas untuk eksekusi bola mati. Detail-detail kecil yang bermula dari kesalahan yang tak perlu di area pertahanan juga bisa jadi bencana.
Karena itu, Choach Sahjuan maupun Chanda tentu punya banyak opsi untuk memulai laga atau melakukan reposisi jika situasi berlangsung di luar ekspektasi. Faktor lain yang menentukan hasil akhir adalah mentalitas. Ini partai besar, tekanannya juga akan besar. Emosi pemain wajib dikontrol.
Dukungan penonton juga tak boleh diabaikan. Poram punya basis suporter yang terbukti menolong tim saat terpuruk. Lihat bagaimana mereka bangkit setelah secara mengejutkan dikalahkan tim finalis Belajangi FC di babak delapan besar. Apakah Poram punya kesempatan melakukan pembalasan atas Belajangi nanti di partai puncak?.
Atau akan ada final antara dua pendatang baru di GOT edisi ke XXVI ini antara Belajangi vs BWS Maluku Utara?. Saya bukan ahli nujum yang terbiasa meramal hasil sebuah pertandingan, tapi dengan basis data selama turnamen, ikhtiar saya pada simpulan bahwa partai antara Poram vs BWS adalah salah satu laga terbaik di GOT tahun ini.
Hanya tim yang terbaik dengan determinasi, mentalitas, semangat menolak menyerah dan kemampuan memanfaatkan semua peluang sekecil apapun yang akan keluar sebagai pemenang. Saya sungguh berharap para pengadil lapangan Hijau sore ini akan bertugas dengan optimal karena pada akhirnya hasil pertandingan tak akan mengkhianati sebuah proses. Di dalam proses itu, tak hanya ada pemain, pelatih dan suporter tapi juga para wasit. (*)
Discussion about this post