SOFIFI-CM.com, Gugus Tugas (Gustu) Percepatan Penanganan Covid-19 Maluku Utara (Malut) telah mengahabiskan anggatan senilai Rp 76 miliar, dari total penyediaan Surat Pembayaran Dana (SPD) senilai r Rp 148 miliar.
Hal ini ditegaskan Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Malut, Bambang Hermauan pada wartawan, Selasa (28/7/2020). Menurut Bambang, dari penggunaan anggaran Rp 76 miliar tersebut, yang paling besar digunakan untuk belanja modal, seperti ruang tekanan negatif, mobile x-ray dan lainnya.
Dia juga mengaku, untuk hari ini (kemarin, red) ada rencana penambahan sekitar Rp 2-3 miliar untuk pengadaan mesin Polymerase Chain Reaction (PCR). “Hari ini (kemarin, red) ada penambahan dua sampai tiga miliar untuk penambahan PCR,” kata Bambang.
Dia mengaku, dari total keseluruhan penggunaan anggaran yang telah terpakai, Bidang Penanganan Gustu Malut merupakan bidang penggunaan anggaran terbesar yakni untuk RSUD Chasan Boesoirie dan Dinas Kesehatan yang telah mencapai Rp 60 miliar. Kemudian BPBD berada diurutan kedua penggunaan anggaran terbanyak untuk penyediaan karantina, seperti hotel yang selama tiga bulan telah mencapai lebih dari Rp 4 miliar.
“Sehingga jika ditotal sampai pada Agustus 2020, sekitar Rp 11 miliar untuk penggunaan hotel,” ungkapnya. Sadangkan RSU Sofifi merupakan anggaran dana refocusing yang besarannya mencapai Rp 20 miliar.
Bambang mengaku, untuk mesin PCR yang mau ditambahkan untuk berkemampuan tinggi, berbeda dari PCR sebelumnya. Untuk PCR ini rencananya akan ditempatkan di Dinas Kesehatan, agar lebih mobile untuk semua Kabupaten/Kota dalam pengujian spesimen. “PCR itu akan ditempatkan di Dinas Kesehatan, agar semua Kabupaten/Kota dapat melakukan pengujian,” ujarnya.
Meski masih ada dua PCR dari bantuan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), menurut Bambang, bukan dalam bentuk pengadaan, tetapi bantuan. Sehingga dalam pengadaan regennya mengalami masalah, dikarenakan regennya tertentu atau tidak sama dengan pengadaan. Itulah kenapa, harus dialakukan pengadaan tersendiri buat regen, agar tidak tergantung pada yang telah ada.
Selin itu juga, pelatihan tenaga pengoprasian PCR juga menjadi penting, sehingga mengalami keterlambatan. “Karena untuk pengoprasian itu membutuhkan SDM yang mampu,” katanya. (red)
Discussion about this post