Don’t changes the winning team. Adigium ini mungkin sudah kadaluarsa di tengah pesatnya perkembangan sepakbola modern yang berbasis data dan tekhnologi. Tapi menurut saya justru masih krusial dipakai dalam laga final Gurabati Open Tournament ke XXVI sore nanti. Minggu (4/6/2023), antara dua tim pendatang baru, Belajangi FC dan BWS Maluku Utara. Intinya, jangan ubah sebelas pertama atau kekuatan tim yang terbukti sukses saat semifinal kemarin.
Belajangi ke final setelah mengalahkan salah satu favorit Porto Toloa lewat adu tendangan penalti. Sedangkan BWS sukses setelah menghentikan langkah tim muda Poram Mareku dengan skor tipis 2-1. Mengapa jangan diubah timnya?. Info partai final. Recovery tim sangat mepet. Dari aspek taktikal, rasanya tak ada alasan untuk mengganti pemain. Apalagi mereka punya motivasi sangat tinggi untuk menjadi juara.
Itu artinya, Choach Ikram Selang akan tetap bermain dengan 4-3-3. Rizky Maulana Putera yang jadi pahlawan di laga semifinal tetap jadi pilihan utama. Empat beka sejajar akan dihuni Zulfikram Iskandar Putera di sisi kanan, duet Burhanuddin Ahya dan Fahmi A. Latif di sentral pertahanan dan Ucok Ahya di kiri. Di depan lini pertahanan, berdiri sang Kapten Riki Togubu. Ini pemain yang menonjol. Penampilannya mengingatkan saya pada Sergio Busquets saat berjaya bersama Barcelona dan Spanyol. Main taktis dan tak pernah meninggalkan daerah tengah.
Di depan dua kakak beradik Delan dan Rafly Selang jadi tumpuan untuk membongkar pertahanan lawan. Rafly boleh dikata adalah pemain paling berpengaruh. Anak muda ini tampil berkelas. Penguasaan bolanya sangat bagus. Free kicknya juga mematikan. Ia jenderal lapangan tengah Belajangi meski usianya masih sangat muda.
Di depan, Choach Ikram sangat mungkin tetap memainkan trio Rifal Lastori, Ade M. Nur dan Akbar Selang. Opsi pergantian ada pada diri Darman Selang, Rizky Semarang atau Juwaer Malige yang bikin gol penyama kedudukan saat mengalahkan Porto. Dengan komposisi seperti ini, Belajangi tetap impresif dan berbahaya meski pemain mereka rata-rata berusia muda.
Di kubu BWS, tak ada alasan taktikal bagi Choach Chandra untuk mengganti starting eleven di partai semifinal sebelumnya. Skema main tak berubah. 4-3-3 dengan sedikit modifikasi jadi 4-1-3-2. Jainuddin tetap jadi kiper utama. Empat bek sejajar jadi jatah Munawir Muhammad, Andri Ibo, Zana Salif Diarra dan Jenar Hamdain. Di depan mereka berdiri gelandang pekerja keras Maskur Maku Idris. Penampilan Maku yang tanpa kompromi mengingatkan kita pada bintang AC Milan, Gennaro Gattuso.
Lalu ada tiga fantastica, Zamroni, Boateng Prince dan Abdu Lestaluhu. Abdu telah membuktikan kapasitasnya saat laga semifinal. Pergerakannya sangat cair. Penguasaan bola dan visi bermainnya mumpuni. Lihat bagaimana Ia menyelip saat Silvio berduel dan menguasai bola dengan eksekusi mematikan ke gawang Poram. BWS juga punya senjata lain di diri Boateng Prince.
Di depan, duet Silvio Escobar dan Hajrin Salasa jadi tumpuan utama. Silvio menurut saya adalah pemain paling berpengaruh di tubuh BWS. Ia tak hanya pintar mengekploitasi pertahanan lawan dengan pengambilan posisi yang selalu tepat, tetapi juga eksekutor yang handal. Secara personal, Silvio punya motivasi ganda untuk menyabet gelar top skor. Ia butuh gol. Yang bikin istimewa, Silvio juga tembok pemantul yang sangat baik. Saat menang duel udara, bola tandukannya selalu jadi ancaman karena jatuh di ruang yang kosong di daerah pertahanan lawan.
Dalam beberapa pertandingan, jika lini tengah BWS gagal menyuplai bola ke depan karena dipressing ketat maka BWS cenderung memainkan long passing. Jenar, Zana dan Andri punya long passing yang akurat. Targetnya selalu di Silvio. Penyerang mualaf ini kemudian membagi bola ke rekannya yang datang dari lini kedua. Dalam situasi ini, bek lawan umumnya tak memiliki respons yang cepat. Di situlah peluang goo sangat terbuka. Beberapa gol BWS lahir dari skema ini.
Karena itu, saya meyakini Choach Ikram sudah punya opsi untuk meredam pola bermain seperti ini. Salah satu caranya adalah bermain dengan garis pertahanan tinggi. Pemain depan bertugas menekan di daerah permainan lawan saat mereka menguasai bola. Jangan biarkan bek lawan melakukan long passing ke Silvio. Bagaimana dengan BWS, Choach Chandra tentu punya alternatif strategi untuk membongkar pertahanan Belajangi. Mengoptimalkan kerja Zamroni, Boateng dan Abdu sebagai second line yang agresif adalah pilihan. Abdu dan Boateng diberi kebebasan untuk ikut menyerang. Zamroni sedikit menahan diri dan Maku diberi tugas untuk mengcover setiap inci lini tengah.
Patut diingat, gelandang Belajangi juga terbilang liar dan berkualitas. Karena masih berusia muda, mobilitas mereka di atas rata-rata. Mereka juga telah mencetak gol. Artinya, aliran serangan yang berbahaya bisa datang dari mana saja. Menurut saya, perang di lini tengah juga jadi penentu jalannya laga. Akan sangat menarik melihat statistik head to head antara Abdu dan Rafly, Zamroni atau Boateng dengan Delan dan pertunjukan dua gelandang bertahan Maku dan Riki.
Choach Chandra bisa saja memainkan tiga bek dan menambah pemain di tengah untuk menguasai lini vital ini. Maku, Boateng, Zamroni dan Abdu bermain di posisi yang sama. Jika ini terjadi maka Choach Ikram kudu waspada.
Itulah mengapa saya cenderung berpendapat jika hasil partai final ini tergantung strategi dua pelatih. Ikram dan Chandra terbukti sudah membawa timnya ke final. Belajangi FC bukan tim unggulan. Perjalanan ke final juga teruji karena melawan banyak tim kuat seperti Rumania, Poram, Pusam dan Porto FC. Mereka tak terkalahkan. Kemenangan juga diraih dari open play. Tak ada tendangan pinalti yang didapat sepanjang turnamen.
Hal yang sama ditunjukan oleh BWS. Beberapa lawan yang terbilang kuat mampu dipecundangi. Produktifitas gol mereka mengerikan. Dan satu hal yang hebat adalah tak ada tendangan penalti selama waktu normal yang didapat selama GOT tahun ini. Berbekal pengalaman dan kematangan beberapa pemain yang bermain di Liga teratas, tim ini selalu mampu bangkit dan keluar dari tekanan. Hasil lawan Poram menunjukan keunggulan BWS. Mentalitas dan kerjasama pemain sangat baik.
Sekali lagi, dengan kualitas pemain yang merata dan statistik selama turnamen, strategi pelatih akan sangat menentukan. Bagaimana membaca permainan lawan, melakukan kontra strategi dan mengganti pemain untuk memberi efek kejut ke lawan saat waktu normal adalah beberapa pilihan taktikal.
Seperti yang saya tuliskan di dua analisa semifinal sebelumnya, sangat mungkin gol-gol di final sore ini akan lahir dari set piece bola mati. Belajangi FC dan BWS FC sama-sama jago dalam soal yang satu ini. So, kedua pelatih tentunya telah memberi catatan khusus. Jangan lakukan pelanggaran di arena 16-3O meter di depan gawang. Saya memperkirakan partai ini akan berlangsung seru. Dua tim akan bermain terbuka dan bertukar serangan.
Pada akhirnya, mentalitas, ketenangan dan rasa percaya diri pemain akan mempengaruhi permainan tim. Ini partai final. Motivasi dan suasana akan jauh berbeda. Semua pemain berhasrat untuk juara. Jadi, biarkan sepakbola menemui penggemarnya. Biarkan sepakbola menyatukan. Bagi saya BWS atau Belajangi yang akan juara maka sejarah akan tercipta. Sejarah hanya dituliskan untuk orang-orang yang menang.
Catatan paling akhir untuk seluruh panitia GOT dan masyarakat Gurabati, ini turnamen terbaik sepanjang sejarah. Sebagai penikmat sepakbola yang suka menulis, saya sungguh terbantu dengan publikasi panitia yang memberi data statistik dan highlight semua pertandingan. Orang ramai juga punya rasa yang sama. Tekhnologi informasi telah dimulai di GOT. Ini revolusi sepakbola yang patut ditiru siapapun jika kita ingin sepakbola Maluku Utara terus berkembang dan maju. Terima kasih untuk pihak keamanan dan seluruh suporter yang setia datang untuk bergembira.
Ada beberapa yang jadi pertimbangan untuk kemajuan ke depan. Rumput lapangan sebaiknya jadi prioritas. Perangkat pertandingan akan sangat bagus jika menggunakan wasit dari liga. Grouping tim dan jadwal pertandingan diperbaiki sehingga lebih ideal. Ini kerja besar tapi semuanya akan terwujud jika kita bergerak bersama.
Sukur dofu Gurabati.
Discussion about this post