TERNATE-CM.com, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Maluku Utara (Malut) telah melakukan pemusnahkan uang kertas dari Januari hingga Juni 2020, telah mencapai Rp 226 miliar. Pemusnahan tersebut dilakukan langsung di Kantor Perwakilan BI Malut.
Bidang Humas BI Malut, Yudho Jati Prasetyo, ketika dihubungi Seputar Malut mengatakan, pemusanahan uang dilakukan setiap bulan, dari Januari 2020 hingga sekarang. Untuk pemusnahan uang kertas berfariasi jumlahnya dalam setiap bulan, tergantung uang tak layak edar yang masuk ke BI Malut. Sehingga sampai pada per Juni 2020 ini telah mencapai Rp 266.116.000.000
Dia memaparkan data untuk pemusnahan uang kertas di Kantor Perwakilan BI Malut pada Januari 2020 mencapai Rp 74.281.000.000, Februari Rp 40.589.000.000, Maret Rp 77.560.000.000, April Rp 10.453.000.000, pada Mei Rp 23.891.000.000 dan Juni mencapai Rp 39.342.000.000 “Sedangkan untuk Juli masih dalam on progres, nanti setelah diakhir Juli baru dirangkumkan per satu bulan Juli,” kata Yudho.
Selain itu, ketika ditanya pemusnahan yang dilakukan dari Januari hingga sekarang, kabupaten/kota mana yang paling banyak uang lusuh tak layak edar, Yudho mengaku, untuk itu pihaknya tidak mengetahuinya, sebab jika uang yang diambil dari perbankan, itu langsung dari kas kantor cabang perbankan, bukan dari perbankan masing-masing kabupaten/kota. “Kami langsung mengambil uang yang telah disortir perbankan di kantor cabang yang berada di Ternate, bukan di Unit Kabupaten/Kota,” ujarnya.
Untuk pemusnahan sendiri, menurut Yudho, yang paling banyak uang pecahan kecil, mulai dari Rp 20.000 sampai Rp 1.000. Sebab uang pecahan kecil tersebut, lanjut dia, merupakan pecahan uang yang paling banyak digunakan oleh masyarakat. “Rata-rata yang paling banyak dimusnahkan adalah uang pecahan kecil, jika dibandingkan dengan jumlah pemusnahan pecahan besar,” jelasnya.
Ditanya dalam sekali pemusnahan bisa mencapai berapa lembar uang kertas, Yudho menjelaskan, tergantung jumlah SDM atau petugas yang bertugas memusnahakan uang, jika lebih banyak petugas maka lebih banyak pula pemusnahan. Selain itu juga penggunaan mesin pemusnahan, rata-rata penggunaan mesin tersebut hanya memakai 80 persen. “Penggunaan mesin sekarang rata-rata berkekuatan 80 persen, jika ditambah SDM yang cukup maka sekali pemusnahan lebih banyak lagi,” singkatnya. (nod/sm)
Discussion about this post